Sabtu, 06 Agustus 2016

RAJA LAPANGAN HIJAU


Kisah nyata ini saya tulis untuk dapat berbagi ilmu pengetahuan tentang Lomba Balap Sepeda dan seluk beluknya, selain itu juga untuk mengenang masa remaja dimana hobi ini dilakukan setiap hari.
Saya besar di daerah kecamatan Ngemplak kabupaten Boyolali, tepatnya disamping bandara Adi Sumarmo Solo (sekarang masuk Boyolali). Daerah ini (bandara Adi Sumarmo) dikenal dengan kata lain Panasan. Panasan adalah nama kampung tempat dibangunnya lapangan terbang itu.
Di Karesidenan Surakarta ( Kota Surakarta, Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, Kab Sragen, dan Kab. Klaten) seringkali diadakan Lomba Balap Sepeda di lapangan hijau (Lapangan Sepak Bola. Biasanya dalam lomba seperti ini lapangan ditutupi anyaman bamboo (Bhs Jawa: gedhek).. Sehingga penonton kalau mau melihat Lomba Balap Sepeda harus membayar tiket lebih dulu. Dan Lomba balap sepeda dimulai hari Jumat sore, kemudian Sabtu sore, baru Minggu pagi seharian. Biasanya Lomba dilakukan dengan heat (babak) penyisihan, perdelapan final, semi final,  hingga final terakhir. Sudah menjadi kebiasaan di beberapa daerah kalau final biasanya hanya sekitar dua belas (12) pembalap saja. Kemudian pembalap mengitari beberapa putaran. Kalau final terkhir sekitar dua puluh (20) sampai duapuluh lima (25) putaran, masing – masing daerah berbeda Sedangkan sepeda yang dipakai adalah sepeda balap hanya banya diganti ukuran banya 26”. Mengingat dilapangan hijau sangat cocok dengan ban ini. Ban ini biasanya sejenis ukuran dengan ban sepeda Jengki. Para pembalap tidak memakai ban sepeda roadbike mengingat kurang nyaman di lapangan hijau.  Dan berikut ini adalah raja-raja (yang sering juara dilapangan hijau).
1.      Martopo nama dalam lomba (ODOK) dari Dibal Panasan
2.      ------- nama dalam lomba (Kebo) dari Panasan
3.      Witoro dari Panasan.
4.      Manjibo dari Klaten
5.      Didik Dwi Admojo dari Surakarta tahun
6.      Erik dari Surakarta
7.      Totok dari Sukohardjo tahun.
8.      Joko Tanyono Surakarta.
9.      Toni Sartono dari Klaten.
10.   Wibowo dari Panasan.
11.   Gundik dari Karanganyar.
12.   Sarjuni Panasan.
Maaf sobat semua apabila salah menyebutkan nama, inilah setelah tiga puluh lima (35) tahun dikenang.
Dan masih banyak lagi pembalap yang menjadi sahabat saya lapangan hijau yang tidak dapat saya sebut satu persatu mengingat banyaknya, mengingat perlombaan balap sepeda dilapangan hijau sering kali diselenggarakan di sekitar enam (6) kabupaten tersebut. Bahkan malah lomba balap sepeda dilaksanakan dalam waktu bersamaan di dua tempat.
Serunya apabila Lomba balap sepeda dilaksanakan di satu tempat yang lapangannya dalam kondisi mulus halus sehingga sepeda bisa dipacu lari maksimal. Perkiraan penulis pada saat final terakhir pada putaran terakhir (menjelang Finish) sepeda bisa lari hingga 42 Km/jam di lapangan hijau (berumput).

Berikut saya ceritakan Lomba balap sepeda yang cukup berkesan di dalam diri saya:
Hari Jumat penyisihan saya juara satu
Hari Sabtu masih penyisihan saya menempatkan diri juara satu. Hari jumat dan Sabtu biasanya saya pakai mengukur seberapa kekuatan dan kecepatan lawan yang dalam satu heat (babak)
Minggu pagi sekitar jam 02:00 saya bangun untuk makan agar besuk pagi bisa mempunyai tenaga cadangan. Perlu diingat bahwa balap sepeda termasuk olahraga berat. Jam 02:00 saya sholat tahujud, kemudian makan. Makan malam menjelang final saya lakukan atas anjuran salah seorang dokter yang masih kerabat saya. Kurang lebih 30 menit kemudian saya tidur lagi memang sengaja dua kegiatan itu saya lakukan dengan singkat agar tidak menggangu istirahat. Namun pagi hari sekitar jam 05:00 saya kaget karena saya mimpi basah. Saya takut sekali karena baru pertama kali ini mau final kok mimpi basah, takut lemes …tidak punya tenaga.
Singkat cerita Minggu masih dilangsungkan penyisihan hingga final terakhir, jadi pasti menguras tenaga. Pada saat heat (babak) pertama dihari Minggu saya memposisikan diri di urutan tiga (3) yang penting masuk ke babak berikutnya. Apalagi dalam lomba seperti ini dilihat sekitar empat ribu (4000) penonton. Lomba yang saya ceritakan ini dilaksanakan di lapangan Hijau Donohudan, Kec. Ngemplak kabupaten Boyolali. Dilapangan ini bagus sekali kering rata, mulus, dan sepeda enak dipacu hingga lari kencang. Apalagi ditambah penonton yang meledak membanjiri lapangan yang teduh.
Tiba pada Final terakhir. Saya termasuk diantara dua belas orang pembalap.
Lepas dari garis start semua pembalap memacu sepedanya perlahan-lahan mengingat putaran yang ditempuh cukup banyak 20 putran dilapangan hijau. Genjotan menjadi berat kalau dibandingkan dengan di jalan raya (aspal).
Putaran kedua masih lambat tapi terasa sudah mulai naik kecepatanya. Semua pembalap masih dalam satu kelompok, bergerombol (pleton). Putaran ketiga semakin tambah kecepatan apalagi MC memanas-manasi dengan komentarnya,
Kata MC. “Mari kita beri tepuk tangan yang meriah untuk memberikan semangat para pembalap…” langsung saja penonton bertepuk tangan meriah sekali !!!!!
Sekitar empat ribu (4000) penonton bertepuk tangan dalam satu lapangan hijau, tepuk tangan berkisar sepuluh (10) detik kemudain berhenti tepuk tangannya. Apabila MC memandu komentar dan ada aba-aba dari MC tepuk tangan maka penontonpun terbawa suasana dan tepuk tangan lagi. Komentar MC dan Tepuk tangan penonton, membuat hatiku gemetaran. Ingin rasanya lari sesegera mungkin tapi saya sangsi mampukah saya lari sendirian. Kalau saya melaukan break way (melepaskan diri dari rombongan) pasti akan ditangkap rombongan dan kehabisan tenaga. Strategi saya akan mengadu sprint dengan Joko Tanyono yang juara tiga (3) di Sea Game Manila.
Putaran kelima, saya  sudah merasakan kecepatan 75 % kemampuan saya. Pembalap masih bergerombol. Saya dalam posisi ditengah, didepan ada Tony dari Klaten, diikuti Salamun dari Panasan dan saya (Wibowo) di posisi ketiga (3).   Ibarat burung yang sedang terbang, Tony paling depan adalah paruhnya, Salamun adalah hidungnya (lobang), dan saya di posisi mata burung. Dibelakang saya posisi seperti apa saya tidak tahu, dan itu tidak penting untuk sebuah strategi bagi saya. Saya harus tahu siapa yang didepan dan posisi saya harus bebas kapan saja saya melakukan break way.  Itu saja yang sangat penting, jangan terulang lagi ketika saya main di Karanganyar dua minggu lalu saya dalam keadaan terkunci di tengah pleton, saya masih punya tenaga untuk sprint tapi saya terkurung jadi tidak bisa maju. Hingga akhirnya masuk finis bergerombol. Dan saya ditengah jadi hanya menduduki nomor sekian.

Memasuki putaran sepuluh tepuk tangan penonton semakin bergemuruh, penontonpun pasti tegang juga melihat dua belas (12) pembalap masih dalam rombongan dengan jarak antar pembalap yang sangat dekat. Apalagi yang bertaruh pasti gemeteran alias jantung berdetak kencang. Biasa dalam Lomba seperti ini ada yang berjudi. Bahkan saya pernah mendapat hadiah dari  seseorang yang mengaku baru menang berjudi menebak saya menang.
Saya dalam posisi di urutan ke empat, posisi ketiga diambil pembalap lain. Saya sangat tenang karena tahu yang memimpin rombongan (pleton) adalah Tony dari Klaten, diikuti Salamun, dan didepan saya pas adalah pembalap yang belum begitu berkualitas mengingat belum pernah juara. Tony Sartono dari Klaten adalah pembalap roadbike (Road race) cukup disegani juga. Ketika mengikuti Tour de Jawa (Jakarta – Surabaya) Sauadaraku ini menempatkan diri di psosisi 10 besar etape I hingga etape III.
Konsentrasi dan kehati-hatianku dalam kondisi 100% siaga. Saya memutuskan untuk mengambil posisi yang sangat aman yaitu posisi satu atau dua. Akhirnya saya ambil posisi urutan ke dua, jadi ada dua pembalap yang saya lewati. Momen ini langsung dimanfaatkan MC, memberikan komentar ….”yaahhh nampaknya Wibowo jago kita dari Panasan, sudah mulai ancang-ancang, pemuda yang masih belasan tahun sudah mampu bersaing dengan pembalap-pembalap Kaliber, dan nampaknya Wibowo masih enak menggenjot pedalnya. Muda-mudahan Wibowo bisa menjuarai kali ini, otomatis disambut tepuk tangan penonton sangat bergemuruh sekali. Membuat hati saya terbakar ingin segera menyelesaikan pertarungan (Lomba) ini. Salamun mengambil dari sayap kanan dekat dengan penonton, saya tempel ketat lari kedepan. Sekarang paling depan Salamun dan posisi ke dua saya. Kemudian saya mencoba menyerang dari sayap kanan mepet dengan penonton, hampir saja kena payung penonton. Tapi serangan saya ini hanya untuk meningkatkan kecepatan sedikit saja, saya tidak berusaha merebut posisi dari Salamun. Saya rasa posisi saya sudah pas sekali. Ketika saya menyerang dari arah sayap kanan saudara Salamun tahu dan langsung menembah kecepatan. Jadi Salamun masih diposisi pertama, kemudaian sepeda saya arahkan kekiri tepat menempel ban belakang Salamun, jarak ban belakang Salamun dengan ban depan saya sekitar 10 Cm saja, agak kekanan 5 Cm, jadi tidak dibelakang persis.
Saya masih bisa mendengar kalimat MC, dan bisa mendengar tepuk tangan yang berkali-kali. Tapi saya fokus bagaimana, kapan, dimana saya akan melepaskan diri dari rombongan. Keluarnya udara dari hidung dan mulutku semakin cepat, tapi belum ngos-ngosan. Pernafasanku masih dalam kendali yang baik. Saya tidak melihat Joko Tanyono, Paryoko, Toni dll, semuanya dibelakang saya jaraknya cukup dekat, semua pembalap dalam satu rombongan (pleton). Dalam pikiran saya hanya ada “kapan saya akan break way”.

Angka Lima ditunjukkan berarti tinggal lima putaran lagi. Sekarang saya harus ambil posisi pertama agar nanti gampang sprintnya kata hati saya, tapi gruduk-gruduk … suara beberapa ban sepeda dibelakang saya maju dan tiga pembalap sudah didepan saya berdampingan (baris bersaf) seperti mau sprint, saya diposisi saf kedua dikiri saya ada pembalap disamping kanan saya ada pembalap dan di belakang saya menempel juga beberapa pembalap. Tepuk tangan penonton sangat meriah, mungkin dikiranya pembalap mulai saling berebut tempat pertama.
Aduhhhhh … bahaya ini (kata hatiku)…
Kalau tidak cepat saya rubah posisi saya akan terkunci lagi. Kasus di Lapangan Papahan, Karanganyar bisa terulang lagi.
Kutambah kecepatan hingga ban depan  hampir nempel ban pembalap depan saya, kutekuk (belokkan) kekiri sehingga pembalap yang berada dikiri saya kepepet sehingga dia mundur, karena kalau tidak mundur akan kejepit antara saya dan sebelah kiri dengan pembatas lintasan.
Agak aman sekarang posisi kedua dari depan di sebelah kiri, dua pembalap dikanan saya. Tiga pembalap didepan saya.
Kecepatan sudah mulai sampai 80% kemampuan saya. Pembalap masih bergerombol.
MC, tak henti-hentinya dengan kalimat yang membakar…
Apalagi ini adalah detik-detik semua pembalap akan mengerahkan semua kemampuanya untuk mencapai garis finis. Dan menjadi Juara, The Winner.
Penonton bertepuk tangan semua…
Yang saya lihat tangan penonton bertepuk tangan, saya merinding ingin lari …. Break way.
Juara satu menjadi target dan harga diri.
Kalau juara akan punya reputasi
Kalau Juara akan lebih dikenal orang banyak.
Dan sang Juara dikenang orang banyak !.
Itu adalah beberapa kata-kata yang selalu membakar diri saya, hingga tetap dalam spirit tinggi baik dalam latihan maupun perlombaan (pertarungan).
Untuk meraih juara tidak bisa mengandalkan hanya pada kekuatan saja.
Untuk meraih juara tidak bisa mengandalkan hanya pada sprint saja.
Untuk meraih juara tidak bisa mengandalkan hanya pada daya tahan saja.
Untuk meraih juara tidak bisa mengandalkan hanya pada power saja.
Semuanya diramu termasuk kesehatan badan, dan dijadikan satu senjata untuk menyerang lawan hingga roda menggilas garis Finish.
100% saya konsentrasi ke depan dan lirik kanan …
Kurang tiga putaran (satu putaran kurang lebih 350 meter).
Gila kecepatan sudah diambang maksimal kemampuan saya. Kaki saya masih bisa mengikuti putaran pedal dengan baik.
Tepat kurang satu setengah putaran inilah saat yang tepat kata hatiku, tidak saya duga pembalap yang didepan saya bergerak kekanan sedikit memepet pembalap yang disebelah kanannya, hal ini justru membuka jalan bagi saya, langsung saja saya ledakkan kaki untuk menginjak pedal, tiga pijakan saya sudah posisi didepan sendiri dan tinggal satu putaran. Masuk tikungan dan langsung saya ledakkan otot paha saya, habiskan tenaga untuk memacu semaksimal mungkin. Saya tidak mendengar apa-apa yang saya lihat adalah jalan didepan saya, tenaga saya peras habis …ya habis-habisan, hingga otot rectus femoris (otot paha depan) terasa sakit. Saya lari sendirian.
 Jarak pembalap dibelakang saya sekitar 10 meter ada beberapa pembalap saya lihat ketika melewati tikungan kekiri sambil menoleh kekiri. Konsentrasi saya terfokus pada telapak kaki, saya injak agar segera sampai finish. Badan saya bungkukkan agar terpaan angin berkurang, konsentrasi tetap focus di kedua telapak kaki bergantian ….
Dan saya kaget duapuluh (20) meter menjelang garis finish Joko Tanyono (peraih perunggu Sea Game) yang belum lama pulang dari Sea Game, dalam posisi disamping kiri saya mau melewati saya. Saya injak pedal sekuat tenaga!!!!
Gleg roda ban masuk Finish …
Joko Tanyono masuk duluan, ban belakangnya sejajar dengan ban depan saya, Wheel to wheel.
Baik saya masih mengakui kehebatan beliau, apalagi senior saya. Duaratus (200) meter setelah finish saya berhenti dan dikerubuti banyak orang, disalami dan ada yang mencium saya. Begitu Juga saudara Tony dari Klaten mendatangi saya serta memberikan ucapan selamat …
Sambil mengatakan Hebat… sambil mengacungkan jempol kanannya.
Mas Didik Dwiatmojo pembalap senior yang saat itu tidak ikut …berkata “ sudah posisi seperti itu kok kalah, kamu geser kekiri sedikit menang …!!!”

Cerita akan saya lanjutkan dilapangan lain ketika saya bisa membalas kekekalahan disini, tapi
...
Salam Pedal ….
Wibowo

 Saya mau latihan ngeroll (bersepeda ditempat)




Kamis, 17 Maret 2016

Persiapan kunjungan ke Bangka Belitung yang sangat indah baik alam dan lautnya. Perjalanan ke Belitung akan dilaksankan Hari Minggu, tanggal 20 Maret 2016 sampai Hari Rabu tanggal 23 Maret 2016.

Berita selengkapnya baca di Link berikut

Rabu, 17 Februari 2016

Partisi Disk di Windows 10



Membuat Partisi Disk di Windows 10

Pada Laptop biasanya dipartisi menjadi 2 yaitu C dan D, nama C dan D dapat diganti A, B, F, G, H dll. Nama Disk E biasanya digunakan untuk DVD RW. Partisi C dijadikan tempat home basenya Sistem Operasi (OS) sedangkan partisi D tempat penyimpanan data-data (dokumen) penting.
Biasanya Laptop baru hanya dipartisi C untuk Sistem Operasi (OS), dan D untuk Recovery bagi Laptop yang dijual dengan OS Asli.
Hal ini cukup berbahaya apabila Laptop diinstall ulang maka semua data hilang ... hayo apa tidak kecewa?
Lalu bagaimana ingin menambah partisi?

Guuuuampang Mas...
Ikuti langkah-langkahnya sebagi berikut:
  • Klik kanan pada ikon Start dan pilih Disk Management.
  • Akan terbuka jendela baru Disk Management.
  • Klik kanan pada partisi yang akan dibagi menjadi 2, >> teruskan pilih Shrink Volume...
  • Akan terbuka dialog Shrink >> Ketik berapa kapasitas partisi sesuai yang dinginkan >> klik tombol Shrink.
  • Proses Shrink selesai, akan terlihat partisi baru dengan status Unallocated, partisi yang baru saja dibuat belum aktif, untuk mengaktifkannya klik kanan pada partisi baru tadi kemudian pilih “New Simple Volume…” >> Next.
  • Akan diminta label (nama Drive) ketik sesuai nama yang di inginkan.
  • Ukuran yang akan dipakai (Pilih saja semuanya)  dan format (NTFS)
  • Klik Next sampai selesai, Finish
  • Setelah semuanya selesai maka status Unallocated akan berubah menjadi Primary atau Healthy (Logical Drive).
Gampang sekali Bukan?
Dokumen ini boleh dicopy asalkan mau komentar dikit saja di blog ini ... 
Salam Sukses Selalu untukmu, 
Wibowo